Kereta
sudah menunggu. Ketika perempuan itu masih sibuk mengikat tali sepatuku. Membentuk
simpul yang benar. Mengencangkannya berulang lagi. Seolah tahu, kereta akan
membawaku pergi jauh. Memungut usia di sepanjang perjalanan. Dan pulang, pada
petang yang mungkin tak menyisakan senyum di wajahnya.
Kereta
menjerit melengkingkan sunyi. Menandai perjalanan panjang yang melelahkan dan
menghabiskan banyak usia akan segera di mulai. Wajahku yang dilukis jendela
kereta, tangannya yang lupa bagaimana caranya melambai, serta matanya yang
pandai menyimpan air mata tetap rapi, membuatku untuk pertama kalinya mengenal
apa itu diam, tangis, dan sepi.
Kereta
masih melaju melewati lorong-lorong waktu. Luka mulai menganga di baju dan
sepatuku. Tapi ikatan dari tangan perempuan itu, benar-benar kencang dan tak
ada tanda-tanda akan terlepas. Meski aku tak tahu kapan kereta akan berhenti,
apalagi kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar